Kamis, 17 November 2011

kampung hijau

Kampung Hijau begitulah sebutannya....

Sebuah perkampungan ditengah hiruk pikuk kota Jakarta.....
Hijau bukan karena banyak rumah yang ber cat hijau tapi karena disana masih menjaga ke asri an lingkungannya dengan banyak tanaman hijau dan pohon-pohon besar yang rindang....
Memiliki lingkungan yang hijau, bersih, dan sehat bagi warga yang tinggal di kampung-kampung di tengah kota besar yang dipenuhi belantara beton, polusi udara, dan teriknya sinar mata hari pada siang hari adalah suatu kemewahan tersendiri...

Bertempat di daerah Kalibata, Jakarta Selatan..tersembunyi di balik gedung-gedung tinggi Jakarta..
kami mahasiswa keperawatan STIK Sint. Carolus semester III dan VII pada hari Sabtu,12 November 2011 berkunjung ke kampung tersebut..Dari daerah Salemba naik angkot 01 jurusan Senen-Kampung melayu.. turun di terminal Kampung melayu kami sambung angkot M16 jurusan Kampung melayu-Pasar Minggu, kami turun di mall Kalibata. Berjalan ke arah belakang Mall Kalibata saya dan teman-teman rombongan kelas saya yang sebelumnya belum pernah kesana sempat bertanya-tanya kepada para pejalan kaki dimana tepatnya letak kampung tersebut, ternyata ada beberapa orang yang belum mengenal kampung hijau. Setelah berjalan lumayan jauh dan ditunjukkan oleh seorang bapak-bapak,akhirnya kamipun menemukan kampung Hijau. yaitu adalah sebuah komplek TNI AD RW 03 seluas 12,5 hektar yang disulap menjadi kawasan yang sangat asri.
Kamipun disambut oleh warga disana dengan ramah.
Tahun 2001 kampung ini kualitas air kampung ini tidak baik, seperti kampung kebanyakan yang kumuh,kotor,got-got berwarna hitam dan pada saat air sumur diperiksa terdapat air yang keruh, kuning dan pada bagian dalam samping sumur terdapat lumut yang tidak sehat. Lalu muncul sebuah kerinduan dari warga untuk memilki kampung yang bersih, hijau, dan sehat. Ingin menjadikan kampung menjadi "ijo royo-royo, ijo berbunga dan ijo berkicau".  Yaitu kampung yang hijau, asri sehingga banyak burung berkicau. Mimpi menjadi kenyataan, demikian kata yang bisa terukir dari warga Rawajati mewujudkan kampung hijau nan asri di tengah gegap gempita gedung-gedung Jakarta. Tahun 2002 pengurus RW dan PKK memberikan contoh kepada warga dengan menanam tanaman dirumahnya. Pada awal tahun 2003 Langkah yang dilakukan untuk menuju impian/ tujuan tersebut adalah yang pertama dengan cara penghijauan dimana  setiap keluarga wajib menanam 7 tanaman dipot(gelas aqua, kaleng, ember, dll) maupun dihalaman rumahnya yang diawasi langsung oleh RT-RT setempat dan dievaluasi setiap akhir bulan. Pada bulan berikutnya setiap keluarga harus menambah 3 tanaman, menjadi 10 tanaman. Menyusuri Jalanan RW 03 Kampung Rawajati ini akan ditemui `etalase hijau` dengan beragam tumbuhan menempel pada dinding rumah yang menghadap ke jalan. Sementara itu di rumah-rumah penduduk seolah tak menyisakan tempat bagi ruang kosong kecuali “hijau” menyelimuti. Di samping kanan-kiri pintu pohon-pohon kecil selalu tampak. Tiada rotan akarpun jadi, Tiada lahan pagarpun jadi. Berawal dari komitmen itu, kini setiap rumah telah memiliki puluhan tumbuhan, dan beberapa diantaranya mengembangkan kegiatan ini menjadi lahan ekonomi baru. 
Warga tidak hanya focus pada tanaman atau keindahan kampungnya tetapi mereka juga membuat kerajina-kerajinan tangan darri sampah, seperti tas, pot, dompet,taplak meja dari sedotan,dll.semua itu mereka pasarkan melalui took-toko swalayan. kelompok pengolahan terdiri dari  kelompok tani anggrek, kelompok tani benih, kelompok tani kembang jati. Kebersihan kampung terjaga karena sampah-sampah dikelola dengan baik oleh warganya dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (mengurangi, menggunakan kembali, mengolah kembali). Hampir di setiap depan rumah di kampung hijau juga terdapat tempat-tempat sampah yang sudah terspesialisasi, untuk jenis sampah organic dan non organic. Kampung ini juga mempunyai bank sampah, gerobak gerobak sampah untuk menampung sampah-sampah non organik sebelum di ambil oleh para  pengolah sampah itu di cat dengan warna-warni yang menarik. Di kampung tersebut juga diadakan pelatihan dan ketrampilan pembuatan pupuk kompos yang berasal dari sampah organik.
Sebelum menyandang predikat Kampung Wisata Agro, kawasan ini beberapa kali mendaptakan penghargaan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena kondisinya yang bersih dan asri sepanjang tahun 2004. Semuanya ini bisa terjadi  karena warga Kampung Rawajati punya komitment dalam menjaga keasrian kawasan tersebut.
Keberhasilan warga Kampung Rawajati tidak hanya diganjar dengan peredikat Kampung Wisata Agro pada Juni 2005 oleh Gubernur Jakarta saat itu, Sutiyoso. Keberhasilan lain dari kampung tersebut adalah tingkat kunjungan yang tinggi dari banyak warga. Sejak tahun 2005 lalu kampung itu telah didatangi ribuan orang dari berbagai negara, dan pernah diliput oleh tv lokal maupun tv dari luar negeri seperti Australia dan Thailand. Informasi mengenai kampung Rawajati tersebar melalui cerita dari mereka yang pernah mengunjungi kampung itu. Kampung hijau juga mendapat bantuan berupa pohon, dana, sarana dan prasarana, green house dari dinas pertanian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar