Sebuah perkampungan ditengah hiruk pikuk kota Jakarta.....
Hijau bukan karena banyak rumah yang ber cat hijau
tapi karena disana masih menjaga ke asri an lingkungannya dengan banyak tanaman
hijau dan pohon-pohon besar yang rindang....
Memiliki lingkungan yang hijau, bersih, dan sehat bagi
warga yang tinggal di kampung-kampung di tengah kota besar yang dipenuhi
belantara beton, polusi udara, dan teriknya sinar mata hari pada siang hari
adalah suatu kemewahan tersendiri...
Bertempat di daerah Kalibata,
Jakarta Selatan..tersembunyi di balik gedung-gedung tinggi Jakarta..
kami mahasiswa keperawatan STIK Sint. Carolus semester
III dan VII pada hari Sabtu,12 November 2011 berkunjung ke kampung
tersebut..Dari daerah Salemba naik angkot 01 jurusan Senen-Kampung melayu..
turun di terminal Kampung melayu kami sambung angkot M16 jurusan Kampung
melayu-Pasar Minggu, kami turun di mall Kalibata. Berjalan ke arah belakang Mall
Kalibata saya dan teman-teman rombongan kelas saya yang sebelumnya belum pernah
kesana sempat bertanya-tanya kepada para pejalan kaki dimana tepatnya letak
kampung tersebut, ternyata ada beberapa orang yang belum mengenal kampung
hijau. Setelah berjalan lumayan jauh dan ditunjukkan oleh seorang
bapak-bapak,akhirnya kamipun menemukan kampung Hijau. yaitu adalah sebuah
komplek TNI AD RW 03 seluas 12,5 hektar yang disulap menjadi kawasan yang
sangat asri.
Kamipun disambut oleh warga disana
dengan ramah.
Tahun
2001 kampung ini kualitas air kampung ini tidak baik, seperti kampung
kebanyakan yang kumuh,kotor,got-got berwarna hitam dan pada saat air sumur
diperiksa terdapat air yang keruh, kuning dan pada bagian dalam samping sumur
terdapat lumut yang tidak sehat. Lalu muncul sebuah kerinduan dari
warga untuk memilki kampung yang bersih, hijau, dan sehat. Ingin menjadikan
kampung menjadi "ijo royo-royo, ijo berbunga dan ijo berkicau". Yaitu kampung yang hijau, asri sehingga banyak
burung berkicau. Mimpi menjadi kenyataan, demikian kata yang bisa
terukir dari warga Rawajati mewujudkan kampung hijau nan asri di tengah gegap
gempita gedung-gedung Jakarta. Tahun 2002 pengurus RW dan PKK
memberikan contoh kepada warga dengan menanam tanaman dirumahnya. Pada awal
tahun 2003 Langkah yang dilakukan untuk menuju impian/ tujuan tersebut adalah
yang pertama dengan cara penghijauan dimana setiap keluarga wajib menanam 7 tanaman
dipot(gelas aqua, kaleng, ember, dll) maupun dihalaman rumahnya yang diawasi
langsung oleh RT-RT setempat dan dievaluasi setiap akhir bulan. Pada bulan
berikutnya setiap keluarga harus menambah 3 tanaman, menjadi 10 tanaman. Menyusuri
Jalanan RW 03 Kampung Rawajati ini akan ditemui `etalase hijau` dengan beragam
tumbuhan menempel pada dinding rumah yang menghadap ke jalan. Sementara itu di
rumah-rumah penduduk seolah tak menyisakan tempat bagi ruang kosong kecuali
“hijau” menyelimuti. Di samping kanan-kiri pintu pohon-pohon kecil selalu
tampak. Tiada rotan akarpun jadi, Tiada lahan pagarpun jadi. Berawal dari
komitmen itu, kini setiap rumah telah memiliki puluhan tumbuhan, dan beberapa
diantaranya mengembangkan kegiatan ini menjadi lahan ekonomi baru.
Warga tidak hanya focus pada tanaman
atau keindahan kampungnya tetapi mereka juga membuat kerajina-kerajinan tangan darri
sampah, seperti tas, pot, dompet,taplak meja dari sedotan,dll.semua itu mereka
pasarkan melalui took-toko swalayan. kelompok pengolahan terdiri dari kelompok tani anggrek, kelompok tani benih,
kelompok tani kembang jati. Kebersihan kampung
terjaga karena sampah-sampah dikelola dengan baik oleh warganya dengan prinsip
reduce, reuse, dan recycle (mengurangi, menggunakan kembali,
mengolah kembali). Hampir di
setiap depan rumah di kampung hijau juga terdapat
tempat-tempat sampah yang sudah terspesialisasi, untuk jenis sampah organic dan
non organic. Kampung ini juga mempunyai bank sampah, gerobak gerobak sampah
untuk menampung sampah-sampah non organik sebelum di ambil oleh para pengolah sampah itu di cat dengan warna-warni
yang menarik. Di kampung tersebut juga diadakan pelatihan dan
ketrampilan pembuatan pupuk kompos yang berasal dari sampah organik.
Sebelum
menyandang predikat Kampung Wisata Agro, kawasan ini beberapa kali mendaptakan
penghargaan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena kondisinya yang bersih
dan asri sepanjang tahun 2004. Semuanya ini bisa terjadi karena warga
Kampung Rawajati punya komitment dalam menjaga keasrian kawasan tersebut.
Keberhasilan
warga Kampung Rawajati tidak hanya diganjar dengan peredikat Kampung Wisata
Agro pada Juni 2005 oleh Gubernur Jakarta saat itu, Sutiyoso. Keberhasilan lain
dari kampung tersebut adalah tingkat kunjungan yang tinggi dari banyak warga.
Sejak tahun 2005 lalu kampung itu telah didatangi ribuan orang dari berbagai
negara, dan pernah diliput oleh tv lokal maupun tv dari luar negeri seperti
Australia dan Thailand. Informasi mengenai kampung Rawajati tersebar melalui
cerita dari mereka yang pernah mengunjungi kampung itu. Kampung
hijau juga mendapat bantuan berupa pohon, dana, sarana dan prasarana, green
house dari dinas pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar